Senin, 18 November 2019

SDN 164 Karangpawulang Goes to Korea





Memorandum of Understanding (MoU) antara SDN 164 Karangpawulang terus ditindaklanjuti, terbukti dengan dengan kedatangan Daeso Elementary School, Eumsoung Gun, Provinsi Chungcheong buk do, Korea Selatan, yang juga menjadi sekolah yang ditempati oleh guru SDN 164 Karangpawulang, merasa tertarik untuk secara lebih dalam mengetahui sistem pendidikan di Indonesia dan kemudian mengajukan permohonan kerjasama berupa kunjungan antarsekolah pada tahun 2018. Daeso Elementary School pun telah melakukan kunjungan untuk ke dua kalinya dengan mendatangkan Kepala Sekolah, 2 orang guru, dan 10 siswa pada tanggal 24 – 27 Juli 2019 ke Indonesia, khususnya ke SDN 164 Karangpawulang..
Kita ketahui bahwa pemerintah tengah melakukan perubahan besar pada bidang pendidikan. Kota Bandung sendiri tengah menggulirkan program Bandung Masagi sebagai program unggulan untuk dapat mencapai siswa yang “Masagi.” Kita tak sekadar berharap siswa menjadi anak yang memeliki kecerdasan secara kognitif semata, tetapi juga menjadi generasi unggul yang memiliki kecakapan abad 21 yang mengarah pada pembentukan siswa yang Kreatif, Kritis, Kolaboratif, dan Komunikatif sebagai calon pemimpin dunia. Indonesia sebagai bagian dari global citizenship harus mampu mengajak siswa untuk mengetahui jati diri sebagai bagian dari bangsanya, juga sebagai bagian dari dunia.
SDN 164 karangpawulang sebagai satu-satunya sekolah rujukan di Kota Bandung yang ditunjuk oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, memiliki tugas besar untuk tidak hanya sekadar menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan saja, tetapi juga mengimbaskan budaya positif kepada seluruh sekolah imbas yang berada di Kota Bandung. Menindaklanjuti hal tersebut, SDN 164 Karangpawulang merasa penting untuk melanjutkan kerjasama antarsekolah ini demi menumbuhkan semangat etos kerja yang maksimal, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas bina, serta orang tua, sehingga seluruh warga sekolah mampu bersinergi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh karena itu, kami melakukan kunjungan balasan ke Daesso Elementary School pada tanggal 21 sampai dengan 26 Oktober 2019. Hal tersebut  dirasa perlu mengingat akan MoU yang telah ditandatangani bersama antara SDN 164 Karangpawulang dan Daesso Elementary School.Program ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.
1.        Meningkatkan hubungan bilateral antarnegara (Indonesia – Korea) dan antarsekolah (SDN 164 Karangpawulang – Daeso Elementary School);
2.       Mengetahui kegiatan akademik antarsekolah;
3.       Pertukaran Budaya dan promosi antarsekolah secara khusus, dan antarnegara secara umum;
4.       Memotivasi warga sekolah untuk dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan; dan
5.       Meningkatkan kemampuan bahasa asing warga sekolah.

 PELAKSANAAN KEGIATAN DI KOREA
PERSIAPAN
Surat undangan dari SD Daeso kami terima pada tanggal 16 September 2019 . Undangan tersebut kami terima dengan gembira, apalagi tertulis di sana segala akomodasi ditanggung oleh Dinas Pendidikan Kota Emsung dan Emsung Office seperti yang sudah kita lakukan pada tahun sebelumnya.. Tentunya kami tinggal menyiapkan kebutuhan tiket, visa dan kebutuhan pribadi lainnya. Adapun guru yang berkesempatan berangkat adalah Triska Fauziah R, Cucu Kusmiati, Ahmad Sajidin dan Mia Tresnawulan. Siswa yang berangkat ada 7 orang, 5 siswa kelas 6 yaitu Arundaya Biancha Nitisara, Nasywa Nur Aulia Rahman, Rafa Kanti Fauziyah Arif, Vyorellita Indari Putri Ibrahim, Revalia Dwinandita Hidayat serta 2 siswa kelas 5 yaitu Aneira Shabia Nalani dan Atretha Putri Santosa.
Setelah visa disetujui, kamipun mulai persiapan. Siswa kami belajar menari tradisional dan K-Pop. Kami menyiapkan segala hal yang diperlukan di Korea. Akhirnya tanggal 18 Oktober 2019 kami bisa pergi dari Bandung pukul 13.00 dengan menggunakan bis Prima Jasa menuju Bandara Soekarno Hatta. Kami tiba di Bandara Soekarno Hatta pukul 18.30 dan menunggu penerbangan pukul 23.10 menggunakan Garuda Airlines. Rasa gembira dan bahagia terpancar dari wajah siswa dan orang tua yang turut mengantar. Yess akhirnya kami pergi ke Korea. Perjalanan dan petualanganpun dimulai.
PELAKSANAAN  
Kami tiba di Bandara Incheon pukul 06.10 waktu setempat. Perbedaan waktu antara Korea dan Indonesia adalah 2 jam, lebih  awal waktu di Korea. Tanggal 19 s.d 21 Oktober  kami menghabiskan waktu dulu di Seoul menikmati lokasi wisata yang ada di sana. Senin 21 Oktober 2019 sore hari tepatnya pukul 15.00 kami dijemput menuju Emsung.
Kegiatan kami berlangsung sebagai berikut:    
Hari ke-1 ( 21 Oktober 2019)
Kami dijemput di Guest House pukul 15.00 untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Emsung. Pak Bong guru kelas 6 dan juga penangungjawab kegiatan membantu kami mengeluarkan koper-koper dari Guest House. Sebuah bis besar membawa kami menuju tempat belajar yang sebenarnya yaitu ke kota Emsung di mana Daesso Elementary School berada. Perjalanan dari Seoul ke Emsung ditempuh kurang lebih selama 1 jam. Di tengah perjalanan kami beristirahat di rest area untuk makan malam..
Kami tiba di Seoul Hotel pukul 19.00 waktu setempat. 5 kamar di sediakan. 2 kamar untuk guru dan 3 kamar untuk siswa. Kamar siswa dan kamar guru perempuan berada pada satu lantai yaitu lantai 3, sedangkan pak Ahmad satu-satunya laki-laki dalam rombongan menempati kamar di lantai 2. Kami tidak dapat  langsung beristirahat, karena harus menyiapkan property untuk acara penyambutan. Anak-anak juga berlatih mempersiapkan penampilan esok hari
Hari ke-2 (22 Oktober 2019)
Welcoming Ceremony
Kami dijemput pukul 08.40 di hotel. Dua buah mobil menjemput kami, Pak Bong dan Pak Kim sekaligus menjadi supirnya. Satu mobil berisi 7 orang anak dengan Pak Kim, dan guru-guru  bersama Pak Bong. Tiba di Daesso Elementary School kami disambut oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan beberapa orang guru yang telah menunggu di halaman sekolah. Terlihat bendera merah putih bersanding dengan bendera Korea di gedung sekolah. Sapaan “Anyeong Haseo” mulai akrab di telinga kami. Kamipun masuk ke sekolah dengan terlebih dahulu mengganti sepatu kami dengan sendal yang sudah disediakan. Penggunaan Sandal bagi guru  dan sepatu khusus untuk siswa menjadi hal yang biasa mereka lakukan, sehingga kebersihan lingkungan sekolah selalu terjaga.



Kami dipersilahkan masuk ke ruang kepala sekolah, sementara anak-anak menunggu di ruang guru. Kamipun berbincang-bincang sejenak saling menanyakan kabar dan juga menceritakan perjalanan kami dari tanah air hingga tiba di sini. Teh hangat dan kopi disuguhkan selama perbincangan ini. Di akhir perbincangan sebelum acara welcoming ceremony kami menyerahkan cindera mata untuk sekolah dan guru-guru kepada kepala sekolah. Ucapan terima kasih mereka sampaikan kepada kami.
       
Upacara penyambutan dilaksanakan di Gymnastium Hall. Begitu kami masuk langsung disambut sorak sorai siswa dan guru Daesso Elementary School.. Kami dipersilahkan duduk di bangku yang telah disediakan. Pembawa acarapun memulai upacara penyambutan. Diawali dengan pidato penyambutan oleh Kepala SDN Daeso sekaligus memperkenalkan kepada siswa, guru dan orang tua yang hadir. Acara dilanjutkan dengan penampilan tari tradisional korea dan modern dance yang dipersembahkan oleh siswa-siswa SDN Daeso.

Selesai penampilan dari siswa siswi SDN Korea, Ibu Mia mewakili  SDN Karangpawulang menyampaikan pidatonya yang diterjemahkan langsung ke dalam bahasa Korea oleh Pak Bong. Selanjutnya giliran siswa-siswa SDN Karangpawulang yang menunjukkan kemampuannya dalam bidang seni. Mereka menampilkan tari Diding Badinding dan Tari Nusantara, ditutup degan tari K-Pop. Tak kalah dengan siswanya, Pak Ahmadpun tampil menari diiringi nyanyian dari bu Triska. Tepuk tangan yang meriah bergemuruh di gymnastium selesai  mereka tampil.

Kunjungan ke National Metereologi Satelit Centre
            Bersama dengan 5 orang siswa kelas Daoriban (Multikultur) yaitu Maxim, Yuliana, Lerra, dan Diana yang berasal dari Uzbekistan serta Cheon dari China, kami mengunjungi National Metereologi Satelit Centre. Kami diterima oleh petugas di sana dan memperkenalkan replika satelit milik Korea. Satelit tersebut bertugas untuk mengirimkan data ke bumi. Setelah itu kami dibawa ke sebuah auditorium untuk melihat tayangan bagaimana satelit itu bekerja. Kamipun diberi kesempatan untuk bertanya. Pertanyaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan oleh Pak Bong untuk selanjutnya dijawab oleh pemandu dari National Meteorologi Satelit Center. Selanjutnya jawaban tersebut akan diterjemahkan kemali ke dlam bahasa inggris oleh Pak Bong agar dapat dimengerti oleh kami.
Di tempat ini tidak hanya orang Korea saja bekerja tetapi ada warga negara lain yang bekerja di sini. Tugas mereka adalah menterjemahkan data yang dikirim oleh satelit menjadi data yang dapat digunakan untuk membaca cuaca dan fenomena alam lainnya di seluruh dunia. Selanjutnya kami diberi kesempatan melihat Untuk menjaga keamanan kita tidak dapat mengambil gambar di dalam ruangan
Makan siang
Makan siang di Daeso Elementaruy School dilaksanakan pada pukul 12.00 hingga 13.00. Makan siang ini diberikan gratis oleh pemerintah. Setiap menu yang disajikan di bawah pengawasan seorang ahli gizi. Menu siang itu nasi campur merah dan putih, kimchi, guritai berbumbu, beberapa sayuran rebus, dan sepotong kue. Dengan tertib mereka antri untuk menerima makanan yang disajikan oleh pengurus kafetaria. Selesai makan mereka menyimpan sendiri piring, sendok dan sumpit pada tempat yang telah disediakan. Tidak ada warung atau kantin yang menjual makanan lainnya. Semua makan makanan yang sama.

Institute of Natural Science
Selesai makan siang, kami segera menuju bis yang sudah menunggu. Kami akan mengunjungi Institute of Natural Science. Institue Natural Science adalah tempat di mana kita dapat belajar bermacam-macam ilmu sains seperti fisika, kimia dan biologi. Kami didampingi oleh petugas dari Institute of Natural Sciencedan yang menjelaskan media yang ada di sana. Kamipun berkesempatan untuk mecoba berbagai macam media di sana. Anak-anak dengan antusias mencoba berbagaoi peralatan dan percobaan yang ada di sana. Tak terasa 150 menit berlalu, kamipun bersiap untuk pulang menuju Daesso Elementary School.
    
Sebelum sampai di sekolah kami berhenti dulu untuk makan malam. Rupanya  Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan beberapa orang guru sudah menunggu kami di sebuah restaurant. Kami makan dengan menu jugumi (gurita yang dimasak dengan saus), kimchi, udang goreng, dan beberapa sayur mentah khas korea. Kamipun disuguhi coca cola sebagai minuman penutup. Selesai makan Pak Bong menyampaikan bahwa makan malam ini semuanya dibiayai secara pribadi oleh Pak Kepala Sekolah. “Ghamsa Hamida”.Selesai makan malam kami kembali lagi ke sekolah untuk kemudian diantar menuju hotel.         
Hari ke 3 (23 Oktober 2019)
Kelas kue beras
Esok harinya kami kembali dijemput oleh Pak Bong dan Pak Kim di hotel. Kami ditempatkan di ruang bersama untuk menyimpan barang-barang kami, untuk selanjutnya menuju kelas yang sudah disiapkan. Selanjutnya 7 siswa SDN Karangpawulang mengikuti kegiatan di kelas 6-1 dengan materi membuat kue beras. Mereka diikutsertakan ke dalam kelompok yang sudah siap di dalam kelas, berbaur dengan siswa Daeso. Diawali dengan tayangan sejarah kue beras dan kapan kue beras disajikan. Anak-anakpun dengan semangat dan senang mengikuti kegiatan.
               

Salmunory (traditional music isnstrument)
           

Kelas berikutnya adalah tradisional music instrument. Anak anak belajar memainkan 4 alat musik yang berbeda-beda. Selama pembelajaran siswa Daesso membantu mengajari dengan antusias. Keterbatasan bahasa tidak menjadi halangan.
   

O sun Elementary School (playing Kayagem)
           
Selesai makan sisang di sekolah kami mengunjungi O-Sun Elementary School. Sekolah ini adalah sekolah yang mengembangkan alat musik tradisional Kayagem. Sesampainya di O Sun Elementary School, kami langsung disambut kepala sekolah dan diajak menuju ruang perpustakaan sekaligus ruang serbaguna untuk pertunjukan. Kami disuguhi permainan kayagem yang dimainkan oleh 8 orang siswa. Menggunakan pakaian tradisional Korea mereka memainkan kayagem (sejenis Kecapi) dengan luwes dan terampil. Selesai bermain mereka mengajari anak-anak bermain kayagem. Seperti halnya tutor sebaya, anak-anak O Sun Elementary School mengajari anak-anak. Kurang lebih 15 menit anak-anak sudah bisa memainkan kayagem, hasil belajar mereka langsung dipertunjukkan di atas panggung. Apresiasi kami berikan kepada anak-anak yang dengan mudahnya menyerap pembelajaran memainkan kayagem, dan uuga kepada anak O Sun Elementary School yang dengan telatennya membimbing anak-anak. Keterbatasan bahasa tidak menjadi penghalang bagi mereka. Tepuk tangan yang meriah saat anak-anak memainkan kayagem dengan nada yang sederhana. Good job guys.
      
 Emsung Education Department Office
Setelah kami mengunjungi kantor walikota, kami menuju kantor Dinas Pendidikan Emsung. Kami disambut bagian humas dan kepala dinas pendidikan langsung. Dinas Pendidikan Kota Emsung inilah yang memberikan dukungan akomodasi kami selama di Korea. Tanya jawabpun diawali dengan saling berkenalan, mengenalkan nama kami masing-masing dan juga anak-anak mengenalkan namanya sendiri.
Ucapan terima kasih kami sampaikan, karena berkat dukungan dari Dinas Pendidikan Kota Emsung kami dapat berkunjung untuk kedua kalinya. Dalam sesi tanya jawab terungkap kekhawatiran mereka akan penurunan populasi di Korea. Sekolah setingkat SD memiliki standar 22 orang siswa setiap rombelnya. Tetapi tidak semua sekolah dapat terisi sebanyak itu. Jumlah sekolah negeri lebih banyak daripada sekolah swasta. Setiap orang sudah tahu kemana akan bersekolah sesuai dengan lokasi rumahnya masing-masing. Apabila ada siswa warga negara lain yang bersekolah di sekolah negeri, maka sekolahnya sudah ditentukan. Mereka akan mendapatkan pelajaran lain yaitu mengenai budaya dan bahasa korea secara khusus.
Pak Bong menunjukkan hasil belajar memainkan kayagem di O-sun Elementary School. Kepala Dinas sangat terkesan akan begitu cepatnya mereka menyerap pembelajaran.Ketulusan dan keramahan penerimaan mereka sangat kami rasakan , kami pun diantar ke luar ruangan dan berkesempatan untuk berfoto bersama. Cindera mata tak lupa kami berikan, dan merekapun memberikan bingkisan yang sudah disiapkan kepada kami. Terima kasih.
War Memorial Park
Sambil menuju Emsung Country Office (balai kota), kami diajak ke War Memorial Park. Taman ini dbangun untuk memperingati kemenangan pertama kali Korea Selatan terhadap Korea Utara. Di museum ini diperlihatkan barang-baranh yang digunakan ketika perang dan foto-foto yang menunjukka begitu banyaknya korban meninggal saat perang. Selain dinangun tugu peringatan, juga dibangun time kapsul yang berisi barang-barang tahun 2000 an yang dimasukkan ke dalam sebuah kapsul, sebagai tanda perubahan jaman yang mungkin akan dibuka entah berapa ratus  bahkan berapa ribu tahun lagi.
    

Emsung Country Office
Tiba di Emsung Country Office, kami terperangah melihat sambutan di running teks bagian depan kantor tertulis “Welcome SDN 164 Karangpawulang, Bandung Indonesia”, bangga rasannya. Kami menunggu beberapa saat sebelum dipersilahkan masuk ke ruang bapak Wali Kota. Sebelum dipersilahkan duduk, kami berfoto bersama dulu, sudah dipersiapkan wartawan yang meliput kedatangan kami. Selanjutnya kami berbincang-bincang dan menceritakan perjalanan kami dari Indonesia dan kegiatan-kegiatan yang telah kami lakukan. Pak Bong memperlihatkan video penampilan anak-anak bermain kayagem, Wali kota sangat terkesan. Kamipun menyampaikan  cindera mata dan  ucapan terima kasih berupa gambar hasil kreasi anak anak yang telah dibingkai. Senang rasanya bertemu dengan Walikota yang begitu ramah dan terbuka menyambut kedatangan kami semua. Beliaupun menyapa anak-anak dengan hangat dan mengajak berbincang, tentunya dengan bantuan Pak Bong sebagai penterjemah. Walaupun singkat tetapi pertemuan degan walikota tersebut sangat berkesan. Dan yang membuat kami terkejut adalah ketika dua hari kemudian foto kami ketika berkunjung ke Kantor Walikota dimuat di koran lokal di sana.
   

Peace Museum of 8th Secretary Genderal Ban Kii Moon
Selepas kunjungan ke Kantor Walikota, kami menuju Peace Museum of 8th Secretary Genderal Ban Kiimon. Sebuah museum perdamaian untuk mengenang Sekjen PBB yang ke 8 Ban Kii Moon yang lahir dan besar di kota Emsung. Di sana ditunjukkan rumah tempat lahirnya Ban Kii Moon dan di sebelahnya di bangun museum perdamaian. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 tetapi petugas museum tetap melayani kami dengan ramah. Dan kami adalah satu-satunya rombongan yang ada di sana. Di museum tersebut dipajang beberapa kegiatan Ban Kii Moon ketika menjabat sebagai sekjen PBB. Terdapat replika tempat siang PBB yang segera kami duduki dan berpose di sana. Beberapa cinderamata simbol perdamaian ditata dengan rapi, termasuk dari Indonesiapun ada di sana. Lega rasanya negara Indonesia menjadi bagian dari terciptanya perdamaian dunia. Pada akhir tour kami di museum, kami diberi sebuah cinderamata berupa pengharum ruangan dari bahan sejenis gips yang hiasan dan wanginya kami pilih sendiri. Kunjungan ke museum ini mengingatkan kami betapa penghargaan kepada para tokoh dunia di mana tempatnya berasal menjadi kebanggaan sepanjang waktu.
  

Hari ke 4 (24 Oktober 2019)
Tradisional Game
           
Ada yang berbeda pada persiapan hari ke tiga. Malam harinya kami meminta anak-anak untuk membereskan kopernya. Malam ini mereka menginap di keluarga Korea. Keluarga yang anaknya bulan Juli lalu datang ke Indonesia. Pagi ini mereka Check out, koper dititipkan di kamar kami. Seperti biasa tepat pukul 08.40 Pak Bong dan Pak Kim menjemput kami di hotel. Tiba di sekolah Pak Bong memberikan pakaian taekwondo untuk dipakai oleh anak-anak. Gagah sekali mereka menggunakan pakaian taekwondo.
Pak Bong mambawa kami ke ruang serba guna yang pada hari sebelumnya digunakan sebagai kelas musik. Di dalam kelas sudah ada siswa Daesso yang menunggu. Mereka terlihat riang gembira dan antusias melihat kedatangan kami ke dalam kelas. Hari ini kami belajar beberapa permainan tradisional Korea. Ada 5 permainan, yang pertama saling melempar kertas di lantai. Pertama-tama mereka membuat kertas yang dilipat sesuai dengan petuntuk guru. Kertas tersebut kemudian disimpan di lantai. Kertas yang dilantai ditimpa dengan kertas lainnya, bila terbalik maka pelempar menang. Permainan kedua adalah memainkan tali diantara jari-jari tangan yang nantinya akan membentuk sebuah pola tertentu. Permainan ke tiga main sejenis sondah mereka harus melompat dari satu kotak ke kotak lainnya, yang keempat bermain seperti ludo dengan dadu berbentuk lonjong khas Korea, dan yang kelima adalah memainkan gulungan kertas berwarna warni berumbai dengan kaki. Secara bergantian anak – anak mencoba semua permainan tradisional tersebut.
           
Taekwondo
Selesai di kelas Tradisional Game kami dibawa ke Gymnastyum, di sana telah menunggu kelas lainnya lengkap dengan pakaian Taekwodo. Seperti biasa kami disambut dengan keramahan dan rasa riag gembira. Selama kurang lebih 45 menit pelatih Taekwondo mengajarkan anak-anak langkah dasar dari Taekwondo. Olahraga ini sangat populer di Korea. Selesai berlatih kami sangat terkejut karena pakaian tae kwondo tersebut diberikan kepada anak-anak. "Ghamsa Hamida”. Selesai kegiatan tak lupa kami berikan cindera mata untuk anak-anak yang telah bersama sama belajar hari ini.
      

Korean Folk Village
           
Selesai kegiatan Taekwondo kami menuju bis yang sudah menunggu. Di sana sudah menunggu anak-anak kelas Daori Ban sejumlah 5 orang beserta gurunya. Kami akan dibawa ke Korean Folk Village, yaitu sebuah tempat yang memperlihatkan desa kuno Korea. Di perjalanan kami makan siang dengan menu sup Iga. Tiba di Korea Folk Village sekitar pukul 13.30 sebelum masuk ke lokasi kami menuju toko yangmenyewakan Hanbok pakaian khas Korea. Kamipun memilih milih pakaian yang akan kami pakai. Kecuali Pak Bong dan Guru Daori Ban kami semua menggunakan pakaian tradisional Korea. Kami diberi waktu hingga pukul 17.00 untuk mengeksplorasi temat wisata tersebut. Puas berkeliling dan mengambil gambar di sana, rasaya tak lengkap bila kami tak melihat-lihat toko cindera mata di sana. Beberapa souvenirpun berpindah dari etalase ke tas kami.

Sebelum pulang seperti biasa kami diajak makan malam terlebih dahulu. Kali ini yang menjadi pilihan adalah menu seafood berupa kerang-kerangan dan udang.Hmm nikmat sekali rasanya, seandainya perut masih kosong tentu kami lahap habis semuanya. Tiba di SD Daesso pukul 19.00, di sana telah menunggu orang tua yang rumahnya akan diinapi anak-anak. Kamipun berpisah. Anak-anak menuju Host Familynya dan kami kembali menuju hotel. Sampai di hotel kami tak bisa langsung istirahat, karena keesokan harinya kami harus chek out menuju Seoul persiapan untuk pulang.

Hari ke 5 (25 Oktober 2019)
            Hari terakhir di Daesso, anak-anak tiba terlebih dahulu di sekolah. Mereka menunggu di ruang bersama. Terlihat tas mereka bertambah, rupanya mereka mendapatkan hadiah dari host familynya. Upacara penutupan dilaksanakan di Gymnastium bertepatan dengan acara pentas seni tahunan yang rutin mereka laksanakan. Terlihat barang-barang hasil karya anak-anak dipajang di lorong sekolah. Begitupun di depan gedung Gymnastium terlihat beberapa tenda tempat orang tua murid berjualan. Di dalam Gymnastium sudah berkumpul seluruh siswa Daesso. Banyak diantara mereka yang menggunakan pakaian khusus untuk tampil. Mereka akan tampil sesuai dengan jenjang kelasnya. Acara dibuka dengan  penampilan paduan suara dan tarian khas Korea. Setelah itu giliran pidato dari Kepala SDN Daesso
Pidato kepala Daeso Elementary School sangat menggungah rasa, beliau menyatakan bahwa ikatan antara kami dan Indonesia sudah seperti keluarga sendiri. Apapun yang terjadi di Indonesia kami akan selalu peduli. Dilanjutkan dengan pidato dari SDN 164 Karangpawulang yang diwakili oleh Bu Triska, kembali mengucapkan rasa terima kasih atas usaha dan penerimaan semua yang ada di Daeso Elemntary School. Kegiatan perpisahan ditutup dengan pemberian cindera mata dari mereka kepada kami.Tak lupa juga berbagai hadiah diterima oleh siswa kami dari beberapa orang guru dan siswa lainnya
 Keluar dari Gymnastium kami menuju ruang guru. Di sana telah menunggu beberapa orang guru yang juga memberikan kami hadiah. Terharu rasanya selama kami di Daeso Elementary School mereka memperlakukan kami dengan sangat-sangat hangat, ramah, dan tulus tak terkira. Akhirnya kamipun harus pamit dan kembali ke Hotel untuk mengambil barang-barang kami. Ke 5 siswa Daori Ban dan Satu orang guru ikut bersama-sama kami, karena kami akan mengunjungi salah satu tempat bermain di Seoul yaitu Lotte World. Salah satu ucapan yang kami ingat adalah “See you next year in Indonesia”.
Sesampainya di hotel, kami langsung mengeluarkan koper-koper. Pak Supir dibantu kami memasukkannya ke dalam bis. Tak lama datang sebuah mobil, rupanya salah satu orang tua murid yang anaknya datang ke Indonesia membawakan kami oleh oleh. Kami masing-masing mendapatkan sebuah tas berisi pakaian. Antara bahagia dan bingung karena kami harus kembali mengemas kembali koper kami. Ucapan terima kasihpun kami sampaikan kepadanya. Tak terasa sudah 4 hari kami di Daesso. Begitu banyak pengalaman yang kami dapatkan, terutama bagi anak-anak yang lebih banyak berinteraksi langsung dengan siswa di sana.
Lotte Word
            Tiba di Lotte World kurang lebih pukul 13.30. Kami pun antri untuk masuk ke dalam. Ternyata di dalam sangat padat. Banyak siswa-siswa lain dari beberapa kota di Korea yang berkunjung ke sana. Maklum akhir pekan. Pak Bong pun memberikan batasan waktu untuk bermain di sana. Pukul 16.00 kami harus berkumpul di dekat pintu keluar. Sebelum berpencar, pak Bong melukis dulu wajah Aretha da Sheby. Lucu sekali mereka. Sebenarnya ada banyak wahana yang ingin kami masuki, tetapi hanya tiga wahana yang kami masuki mengingat antriannya yang panjang. Wahan yang pertama adalah Insect World kami harus mebayar lagi sebesar 2.000 won. Di sana dipamerkan bermacam-macam serangga dan beberapa binatang lainnya seperti burung, ikan, ular dan kelinci. Selesai dari Insect World anak –anak antri untuk masuk ke Mirror House. Di sana juga harus membayar lagi sebesar 3.000 won. Keluar dari Mirror House kami memutuskan untuk masuk ke Horror House, mirip rumah hantu kalau di Indonesia. Kali ini kami semua masuk. Kami dibagi menjadi dua kelompok untuk bergantian masuk. Puas rasanya menjerit ketakutan dan tertawa di saat yang bersamaan.
            Selesai dari Lotte Word kami langsung diajak makan malam. Kali ini menunya luar biasa. Kami boleh memilih menu maknan apaun yang disajikan. Berbagai makanan internasionalpun tersaji di sana, seperti pizza, lasagna, bermacam-macam slad, seafood, juga berbagai macam dessert tersaji. Daging sapi dengan berbagai macam olahannya juga tersaji. Puas sekali malam itu kami makan dan minum.
            Tiba di hotel kuarng lebih pukul 18.00. Kamipun turun dari bis dan membawa barang-barang kami ke dalam hotel. Cukup menyita tenaga, karena bis tidak bisa parkir tepat di depan hotel. Kamipun secara bergantian membawa barang-barang kami ke dalam hotel. Bis kembali ke Daesso dengan membawa 5 orang anak dan satu guru Daori Ban. Sampai jumpa lagi kawan.
Hotel di Seoul
            Setibanya di hotel, kami langsung menuju kamar masing-masing. Kamipun mengajak anak-anak untuk berkumpul dahulu membagikan barang-barang yang masih tercampur. Kami tidak mau sesampai di Indonesia harus membongkar barang lagi. Masing-masing barang menjadi tanggungjawab pemiliknya. Pukul 11.00 malam kami baru selesai mengemas barang. Harus cepat tidur karena kami akan berangkat menuju bandara pukul 05.00.
Pukul 04.30 kami mulai meurunkan barang kami ke lobby. Tepat pukul 05.00 kami semua sudah berada di dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Pak Bong menuju Bandara Incheon. Tiba di Bandara Incheon pukul 07.00. Pak Bong membelikan kami sarapan terlebih dahulu. Sebelum memulai proses chek in dan imigrasi kami berfoto bersama dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Bong yang telah menemani kami selama di Korea. Selesai berfoto Pak Bong langsung berlari mengejar bis umum yang akan membawanya kembali ke Desso. Selamat jalan Pak Bong “Ghamsa Hamida”.
Penerbangan Garuda GA 879 membawa kembali kami ke tanah air tepat pukul 10.35 waktu setempat dan tuba pukul 15.15 WIB. Alhamdulillah kami tiba kembali di Bandung tepatnya di SDN Karangpawulang pukul 21.00 malam.
 PENUTUP
 Kunjungan kali ini sangat lengkap. Tidak hanya kami mengenal bagaimana pembelajaran di sekolah, tetapi juga mengenal bagaimana ada kerjasama yang erat antara sekolah  dan lembaga-lembaga lain yang terkait. Tak terasa 5 hari di sana banyak hal yang kami pelajari. Tidak saja mengenal lebih dekat  mengenai sistem pendidikan di Korea, tetapi yang lebih penting adalah memahami budaya Korea dengan bersinggungan langsung dengan masyarakatnya. Dalam hal ini adalah sekolah sebagai prototype dari lingkungan masyarakat.
Keramahtamahan, ketulusan dan penghargaan yang demikian besar sangat kami rasakan menghapus semua perbedaan antar dua budaya. Saling memahami dan merasakan kasih sayang seperti halnya keluarga menjadi dasar perdamaian di dunia.
Satu hal yang kami catat bahwa pendidikan adalah dasar dari majunya sebuah negara, maka perhatian akan pendidikan menjadi hal yang penting dan benar-benar dikerjakan dengan serius. Salah satu kekhawatiran mereka mengenai penurunan populasi yang tentunya berimbas kepada masa depan negara mereka, dapat kita maknai bahwa negara kita dengan bonus populasi generasi mudanya, seharusnya dapat lebih membawa negara kita ke arah kemajuan yang sebenarnya.
Semoga kunjungan ke SD Daeso ini menjadi pembuka jalan bagi kami untuk membawa siswa kami melanglang dunia ke tempat lain, dan menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi bagian dunia yang aman dan damai.


                                                                              Nantikan cerita kami lainnya
Mia Tresnawulan
Triska Fauziah     
Cucu Kusmiati
Ahmad Sajidin