Memorandum of Understanding (MoU)
antara SDN 164 Karangpawulang terus ditindaklanjuti, terbukti dengan dengan
kedatangan Daeso Elementary School,
Eumsoung Gun, Provinsi Chungcheong buk do, Korea Selatan, yang juga menjadi
sekolah yang ditempati oleh guru SDN 164 Karangpawulang, merasa tertarik untuk
secara lebih dalam mengetahui sistem pendidikan di Indonesia dan kemudian
mengajukan permohonan kerjasama berupa kunjungan antarsekolah pada tahun 2018.
Daeso Elementary School pun telah melakukan kunjungan untuk ke dua kalinya
dengan mendatangkan Kepala Sekolah, 2 orang guru, dan 10 siswa pada tanggal 24
– 27 Juli 2019 ke Indonesia, khususnya ke SDN 164 Karangpawulang..
Kita ketahui bahwa pemerintah
tengah melakukan perubahan besar pada bidang pendidikan. Kota Bandung sendiri
tengah menggulirkan program Bandung Masagi sebagai program unggulan untuk dapat
mencapai siswa yang “Masagi.” Kita
tak sekadar berharap siswa menjadi anak yang memeliki kecerdasan secara
kognitif semata, tetapi juga menjadi generasi unggul yang memiliki kecakapan
abad 21 yang mengarah pada pembentukan siswa yang Kreatif, Kritis, Kolaboratif,
dan Komunikatif sebagai calon pemimpin dunia. Indonesia sebagai bagian dari global citizenship harus mampu mengajak
siswa untuk mengetahui jati diri sebagai bagian dari bangsanya, juga sebagai
bagian dari dunia.
SDN 164 karangpawulang sebagai
satu-satunya sekolah rujukan di Kota Bandung yang ditunjuk oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, memiliki tugas besar untuk tidak hanya
sekadar menjaga dan meningkatkan kualitas pendidikan saja, tetapi juga
mengimbaskan budaya positif kepada seluruh sekolah imbas yang berada di Kota Bandung.
Menindaklanjuti hal tersebut, SDN 164 Karangpawulang merasa penting untuk
melanjutkan kerjasama antarsekolah ini demi menumbuhkan semangat etos kerja
yang maksimal, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi guru, kepala sekolah,
dan pengawas bina, serta orang tua, sehingga seluruh warga sekolah mampu bersinergi
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Oleh karena itu, kami melakukan
kunjungan balasan ke Daesso Elementary School pada tanggal 21 sampai dengan 26 Oktober
2019. Hal tersebut dirasa perlu
mengingat akan MoU yang telah ditandatangani bersama antara SDN 164
Karangpawulang dan Daesso Elementary School.Program ini dilakukan
dengan tujuan sebagai berikut.
1.
Meningkatkan hubungan
bilateral antarnegara (Indonesia – Korea) dan antarsekolah (SDN 164
Karangpawulang – Daeso Elementary School);
2.
Mengetahui kegiatan
akademik antarsekolah;
3.
Pertukaran Budaya dan
promosi antarsekolah secara khusus, dan antarnegara secara umum;
4.
Memotivasi warga
sekolah untuk dapat terus meningkatkan kualitas pendidikan; dan
5.
Meningkatkan
kemampuan bahasa asing warga sekolah.
PERSIAPAN
Surat undangan dari
SD Daeso kami terima pada tanggal
16 September 2019 . Undangan tersebut kami terima dengan
gembira, apalagi tertulis di sana segala akomodasi ditanggung oleh Dinas Pendidikan
Kota Emsung dan Emsung Office seperti yang sudah kita lakukan pada tahun
sebelumnya.. Tentunya kami tinggal menyiapkan kebutuhan tiket, visa dan
kebutuhan pribadi lainnya. Adapun guru yang berkesempatan berangkat adalah
Triska Fauziah R, Cucu Kusmiati, Ahmad Sajidin dan Mia Tresnawulan. Siswa yang
berangkat ada 7 orang, 5 siswa kelas 6 yaitu Arundaya Biancha Nitisara, Nasywa
Nur Aulia Rahman, Rafa Kanti Fauziyah Arif, Vyorellita Indari Putri Ibrahim,
Revalia Dwinandita Hidayat serta 2 siswa kelas 5 yaitu Aneira Shabia Nalani dan
Atretha Putri Santosa.
Setelah visa
disetujui, kamipun mulai persiapan. Siswa kami belajar menari tradisional dan
K-Pop. Kami menyiapkan segala hal yang diperlukan di Korea. Akhirnya tanggal 18
Oktober 2019 kami bisa pergi dari Bandung pukul 13.00 dengan menggunakan bis
Prima Jasa menuju Bandara Soekarno Hatta. Kami tiba di Bandara Soekarno Hatta
pukul 18.30 dan menunggu penerbangan pukul 23.10 menggunakan Garuda Airlines.
Rasa gembira dan bahagia terpancar dari wajah siswa dan orang tua yang turut
mengantar. Yess akhirnya kami pergi ke Korea. Perjalanan dan petualanganpun
dimulai.
PELAKSANAAN
Kami tiba di Bandara
Incheon pukul 06.10 waktu setempat. Perbedaan waktu antara Korea dan Indonesia
adalah 2 jam, lebih awal waktu di Korea.
Tanggal 19 s.d 21 Oktober kami
menghabiskan waktu dulu di Seoul menikmati lokasi wisata yang ada di sana.
Senin 21 Oktober 2019 sore hari tepatnya pukul 15.00 kami dijemput menuju
Emsung.
Kegiatan kami berlangsung sebagai berikut:
Hari ke-1 ( 21
Oktober 2019)
Kami dijemput di
Guest House pukul 15.00 untuk melanjutkan perjalanan menuju kota Emsung. Pak
Bong guru kelas 6 dan juga penangungjawab kegiatan membantu kami mengeluarkan
koper-koper dari Guest House. Sebuah bis besar membawa kami menuju tempat
belajar yang sebenarnya yaitu ke kota Emsung di mana Daesso Elementary School
berada. Perjalanan dari Seoul ke Emsung ditempuh kurang lebih selama 1 jam. Di
tengah perjalanan kami beristirahat di rest area untuk makan malam..
Kami tiba di Seoul
Hotel pukul 19.00 waktu setempat. 5 kamar di sediakan. 2 kamar untuk guru dan 3
kamar untuk siswa. Kamar siswa dan kamar guru perempuan berada pada satu lantai
yaitu lantai 3, sedangkan pak Ahmad satu-satunya laki-laki dalam rombongan
menempati kamar di lantai 2. Kami tidak dapat
langsung beristirahat, karena harus menyiapkan property untuk acara
penyambutan. Anak-anak juga berlatih mempersiapkan penampilan esok hari
Hari ke-2 (22 Oktober 2019)
Welcoming
Ceremony
Kami
dijemput pukul 08.40 di hotel. Dua buah mobil menjemput kami, Pak Bong dan Pak
Kim sekaligus menjadi supirnya. Satu mobil berisi 7 orang anak dengan Pak Kim,
dan guru-guru bersama Pak Bong. Tiba di
Daesso Elementary School kami disambut oleh Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah dan beberapa orang guru yang telah menunggu di halaman sekolah. Terlihat
bendera merah putih bersanding dengan bendera Korea di gedung sekolah. Sapaan
“Anyeong Haseo” mulai akrab di telinga kami. Kamipun masuk ke sekolah dengan
terlebih dahulu mengganti sepatu kami dengan sendal yang sudah disediakan.
Penggunaan Sandal bagi guru dan sepatu
khusus untuk siswa menjadi hal yang biasa mereka lakukan, sehingga kebersihan
lingkungan sekolah selalu terjaga.



Bersama
dengan 5 orang siswa kelas Daoriban (Multikultur) yaitu Maxim, Yuliana, Lerra,
dan Diana yang berasal dari Uzbekistan serta Cheon dari China, kami mengunjungi
National Metereologi Satelit Centre. Kami diterima oleh petugas di sana dan
memperkenalkan replika satelit milik Korea. Satelit tersebut bertugas untuk
mengirimkan data ke bumi. Setelah itu kami dibawa ke sebuah auditorium untuk
melihat tayangan bagaimana satelit itu bekerja. Kamipun diberi kesempatan untuk
bertanya. Pertanyaan dalam bahasa Inggris diterjemahkan oleh Pak Bong untuk
selanjutnya dijawab oleh pemandu dari National Meteorologi Satelit Center.
Selanjutnya jawaban tersebut akan diterjemahkan kemali ke dlam bahasa inggris
oleh Pak Bong agar dapat dimengerti oleh kami.
Di tempat ini tidak
hanya orang Korea saja bekerja tetapi ada warga negara lain yang bekerja di
sini. Tugas mereka adalah menterjemahkan data yang dikirim oleh satelit menjadi
data yang dapat digunakan untuk membaca cuaca dan fenomena alam lainnya di
seluruh dunia. Selanjutnya kami diberi kesempatan melihat Untuk menjaga
keamanan kita tidak dapat mengambil gambar di dalam ruangan
Makan siang
Makan siang di Daeso
Elementaruy School dilaksanakan pada pukul 12.00 hingga 13.00. Makan siang ini
diberikan gratis oleh pemerintah. Setiap menu yang disajikan di bawah
pengawasan seorang ahli gizi. Menu siang itu nasi campur merah dan putih,
kimchi, guritai berbumbu, beberapa sayuran rebus, dan sepotong kue. Dengan
tertib mereka antri untuk menerima makanan yang disajikan oleh pengurus
kafetaria. Selesai makan mereka menyimpan sendiri piring, sendok dan sumpit
pada tempat yang telah disediakan. Tidak ada warung atau kantin yang menjual
makanan lainnya. Semua makan makanan yang sama.
Institute of
Natural Science
Selesai makan siang,
kami segera menuju bis yang sudah menunggu. Kami akan mengunjungi Institute of
Natural Science. Institue Natural Science adalah tempat di mana kita dapat
belajar bermacam-macam ilmu sains seperti fisika, kimia dan biologi. Kami
didampingi oleh petugas dari Institute of Natural Sciencedan yang menjelaskan
media yang ada di sana. Kamipun berkesempatan untuk mecoba berbagai macam media
di sana. Anak-anak dengan antusias mencoba berbagaoi peralatan dan percobaan
yang ada di sana. Tak terasa 150 menit berlalu, kamipun bersiap untuk pulang
menuju Daesso Elementary School.
Sebelum
sampai di sekolah kami berhenti dulu untuk makan malam. Rupanya Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah dan
beberapa orang guru sudah menunggu kami di sebuah restaurant. Kami makan dengan
menu jugumi (gurita yang dimasak dengan saus), kimchi, udang goreng, dan
beberapa sayur mentah khas korea. Kamipun disuguhi coca cola sebagai minuman
penutup. Selesai makan Pak Bong menyampaikan bahwa makan malam ini semuanya
dibiayai secara pribadi oleh Pak Kepala Sekolah. “Ghamsa Hamida”.Selesai makan
malam kami kembali lagi ke sekolah untuk kemudian diantar menuju hotel.
Hari ke 3 (23 Oktober
2019)
Kelas kue
beras
Esok harinya kami
kembali dijemput oleh Pak Bong dan Pak Kim di hotel. Kami ditempatkan di ruang
bersama untuk menyimpan barang-barang kami, untuk selanjutnya menuju kelas yang
sudah disiapkan. Selanjutnya 7 siswa SDN Karangpawulang mengikuti kegiatan di kelas
6-1 dengan materi membuat kue beras. Mereka diikutsertakan ke dalam kelompok
yang sudah siap di dalam kelas, berbaur dengan siswa Daeso. Diawali dengan
tayangan sejarah kue beras dan kapan kue beras disajikan. Anak-anakpun dengan
semangat dan senang mengikuti kegiatan.
Salmunory
(traditional music isnstrument)
Kelas berikutnya adalah tradisional music instrument. Anak anak belajar memainkan 4 alat musik yang berbeda-beda. Selama pembelajaran siswa Daesso membantu mengajari dengan antusias. Keterbatasan bahasa tidak menjadi halangan.
O sun
Elementary School (playing Kayagem)
Setelah kami
mengunjungi kantor walikota, kami menuju kantor Dinas Pendidikan Emsung. Kami
disambut bagian humas dan kepala dinas pendidikan langsung. Dinas Pendidikan Kota Emsung inilah
yang memberikan dukungan akomodasi kami selama di Korea. Tanya jawabpun diawali
dengan saling berkenalan, mengenalkan nama kami masing-masing dan juga
anak-anak mengenalkan namanya sendiri.
Ucapan terima kasih
kami sampaikan, karena berkat dukungan dari Dinas Pendidikan Kota Emsung kami
dapat berkunjung untuk kedua kalinya. Dalam sesi tanya jawab terungkap
kekhawatiran mereka akan penurunan populasi di Korea. Sekolah setingkat SD
memiliki standar 22 orang siswa setiap rombelnya. Tetapi tidak semua sekolah
dapat terisi sebanyak itu. Jumlah sekolah negeri lebih banyak daripada sekolah
swasta. Setiap orang sudah tahu kemana akan bersekolah sesuai dengan lokasi
rumahnya masing-masing. Apabila ada siswa warga negara lain yang bersekolah di
sekolah negeri, maka sekolahnya sudah ditentukan. Mereka akan mendapatkan
pelajaran lain yaitu mengenai budaya dan bahasa korea secara khusus.
Pak Bong menunjukkan
hasil belajar memainkan kayagem di O-sun Elementary School. Kepala Dinas sangat
terkesan akan begitu cepatnya mereka menyerap pembelajaran.Ketulusan dan
keramahan penerimaan mereka sangat kami rasakan , kami pun diantar ke luar
ruangan dan berkesempatan untuk berfoto bersama. Cindera mata tak lupa kami
berikan, dan merekapun memberikan bingkisan yang sudah disiapkan kepada kami.
Terima kasih.
War Memorial
Park
Sambil menuju Emsung
Country Office (balai kota), kami diajak ke War Memorial Park. Taman ini
dbangun untuk memperingati kemenangan pertama kali Korea Selatan terhadap Korea
Utara. Di museum ini diperlihatkan barang-baranh yang digunakan ketika perang
dan foto-foto yang menunjukka begitu banyaknya korban meninggal saat perang.
Selain dinangun tugu peringatan, juga dibangun time kapsul yang berisi
barang-barang tahun 2000 an yang dimasukkan ke dalam sebuah kapsul, sebagai
tanda perubahan jaman yang mungkin akan dibuka entah berapa ratus bahkan berapa ribu tahun lagi.
Emsung Country
Office
Tiba di Emsung
Country Office, kami terperangah melihat sambutan di running teks bagian depan
kantor tertulis “Welcome SDN 164 Karangpawulang, Bandung Indonesia”, bangga
rasannya. Kami menunggu beberapa saat sebelum dipersilahkan masuk ke ruang
bapak Wali Kota. Sebelum dipersilahkan duduk, kami berfoto bersama dulu, sudah
dipersiapkan wartawan yang meliput kedatangan kami. Selanjutnya kami
berbincang-bincang dan menceritakan perjalanan kami dari Indonesia dan
kegiatan-kegiatan yang telah kami lakukan. Pak Bong memperlihatkan video
penampilan anak-anak bermain kayagem, Wali kota sangat terkesan. Kamipun
menyampaikan cindera mata dan ucapan terima kasih berupa gambar hasil
kreasi anak anak yang telah dibingkai. Senang rasanya bertemu dengan Walikota
yang begitu ramah dan terbuka menyambut kedatangan kami semua. Beliaupun
menyapa anak-anak dengan hangat dan mengajak berbincang, tentunya dengan
bantuan Pak Bong sebagai penterjemah. Walaupun singkat tetapi pertemuan degan
walikota tersebut sangat berkesan. Dan yang membuat kami terkejut adalah ketika
dua hari kemudian foto kami ketika berkunjung ke Kantor Walikota dimuat di
koran lokal di sana.
Peace Museum
of 8th Secretary Genderal Ban Kii Moon
Selepas kunjungan ke
Kantor Walikota, kami menuju Peace Museum of 8th Secretary Genderal Ban Kiimon.
Sebuah museum perdamaian untuk mengenang Sekjen PBB yang ke 8 Ban Kii Moon
yang lahir dan besar di kota Emsung. Di sana ditunjukkan rumah tempat lahirnya
Ban Kii Moon dan di sebelahnya di bangun museum perdamaian. Waktu sudah
menunjukkan pukul 17.00 tetapi petugas museum tetap melayani kami dengan ramah.
Dan kami adalah satu-satunya rombongan yang ada di sana. Di museum tersebut
dipajang beberapa kegiatan Ban Kii Moon ketika menjabat sebagai sekjen PBB. Terdapat
replika tempat siang PBB yang segera kami duduki dan berpose di sana. Beberapa
cinderamata simbol perdamaian ditata dengan rapi, termasuk dari Indonesiapun
ada di sana. Lega rasanya negara Indonesia menjadi bagian dari terciptanya
perdamaian dunia. Pada akhir tour kami di museum, kami diberi sebuah
cinderamata berupa pengharum ruangan dari bahan sejenis gips yang hiasan dan
wanginya kami pilih sendiri. Kunjungan ke museum ini mengingatkan kami betapa
penghargaan kepada para tokoh dunia di mana tempatnya berasal menjadi kebanggaan
sepanjang waktu.
Hari ke 4 (24 Oktober
2019)
Tradisional Game
Pak Bong mambawa kami
ke ruang serba guna yang pada hari sebelumnya digunakan sebagai kelas musik. Di
dalam kelas sudah ada siswa Daesso yang menunggu. Mereka terlihat riang gembira
dan antusias melihat kedatangan kami ke dalam kelas. Hari ini kami belajar
beberapa permainan tradisional Korea. Ada 5 permainan, yang pertama saling
melempar kertas di lantai. Pertama-tama mereka membuat kertas yang dilipat
sesuai dengan petuntuk guru. Kertas tersebut kemudian disimpan di lantai.
Kertas yang dilantai ditimpa dengan kertas lainnya, bila terbalik maka pelempar
menang. Permainan kedua adalah memainkan tali diantara jari-jari tangan yang
nantinya akan membentuk sebuah pola tertentu. Permainan ke tiga main sejenis
sondah mereka harus melompat dari satu kotak ke kotak lainnya, yang keempat
bermain seperti ludo dengan dadu berbentuk lonjong khas Korea, dan yang kelima
adalah memainkan gulungan kertas berwarna warni berumbai dengan kaki. Secara bergantian
anak – anak mencoba semua permainan tradisional tersebut.
Taekwondo
Selesai di kelas
Tradisional Game kami dibawa ke Gymnastyum, di sana telah menunggu kelas
lainnya lengkap dengan pakaian Taekwodo. Seperti biasa kami disambut dengan
keramahan dan rasa riag gembira. Selama kurang lebih 45 menit pelatih Taekwondo
mengajarkan anak-anak langkah dasar dari Taekwondo. Olahraga ini sangat populer
di Korea. Selesai berlatih kami sangat terkejut karena pakaian tae kwondo
tersebut diberikan kepada anak-anak. "Ghamsa Hamida”. Selesai kegiatan tak
lupa kami berikan cindera mata untuk anak-anak yang telah bersama sama belajar
hari ini.
Korean Folk Village
Sebelum pulang
seperti biasa kami diajak makan malam terlebih dahulu. Kali ini yang menjadi
pilihan adalah menu seafood berupa kerang-kerangan dan udang.Hmm nikmat sekali
rasanya, seandainya perut masih kosong tentu kami lahap habis semuanya. Tiba di
SD Daesso pukul 19.00, di sana telah menunggu orang tua yang rumahnya akan
diinapi anak-anak. Kamipun berpisah. Anak-anak menuju Host Familynya dan kami
kembali menuju hotel. Sampai di hotel kami tak bisa langsung istirahat, karena
keesokan harinya kami harus chek out menuju Seoul persiapan untuk pulang.
Hari ke 5 (25 Oktober 2019)
Hari
terakhir di Daesso, anak-anak tiba terlebih dahulu di sekolah. Mereka menunggu
di ruang bersama. Terlihat tas mereka bertambah, rupanya mereka mendapatkan
hadiah dari host familynya. Upacara penutupan dilaksanakan di Gymnastium
bertepatan dengan acara pentas seni tahunan yang rutin mereka laksanakan.
Terlihat barang-barang hasil karya anak-anak dipajang di lorong sekolah.
Begitupun di depan gedung Gymnastium terlihat beberapa tenda tempat orang tua
murid berjualan. Di dalam Gymnastium sudah berkumpul seluruh siswa Daesso.
Banyak diantara mereka yang menggunakan pakaian khusus untuk tampil. Mereka
akan tampil sesuai dengan jenjang kelasnya. Acara dibuka dengan penampilan paduan suara dan tarian khas
Korea. Setelah itu giliran pidato dari Kepala SDN Daesso
Pidato kepala Daeso
Elementary School sangat menggungah rasa, beliau menyatakan bahwa ikatan antara
kami dan Indonesia sudah
seperti keluarga sendiri. Apapun yang terjadi di Indonesia kami akan selalu
peduli. Dilanjutkan dengan pidato dari SDN 164 Karangpawulang yang diwakili
oleh Bu Triska, kembali mengucapkan rasa terima kasih atas usaha dan penerimaan
semua yang ada di Daeso Elemntary School. Kegiatan perpisahan ditutup dengan pemberian
cindera mata dari mereka kepada kami.Tak lupa juga berbagai hadiah diterima
oleh siswa kami dari beberapa orang guru dan siswa lainnya
Sesampainya di hotel,
kami langsung mengeluarkan koper-koper. Pak Supir dibantu kami memasukkannya ke
dalam bis. Tak lama datang sebuah mobil, rupanya salah satu orang tua murid
yang anaknya datang ke Indonesia membawakan kami oleh oleh. Kami masing-masing
mendapatkan sebuah tas berisi pakaian. Antara bahagia dan bingung karena kami
harus kembali mengemas kembali koper kami. Ucapan terima kasihpun kami
sampaikan kepadanya. Tak terasa sudah 4 hari kami di Daesso. Begitu banyak
pengalaman yang kami dapatkan, terutama bagi anak-anak yang lebih banyak
berinteraksi langsung dengan siswa di sana.
Lotte Word
Tiba
di Lotte World kurang lebih pukul 13.30. Kami pun antri untuk masuk ke dalam.
Ternyata di dalam sangat padat. Banyak siswa-siswa lain dari beberapa kota di
Korea yang berkunjung ke sana. Maklum akhir pekan. Pak Bong pun memberikan
batasan waktu untuk bermain di sana. Pukul 16.00 kami harus berkumpul di dekat
pintu keluar. Sebelum berpencar, pak Bong melukis dulu wajah Aretha da Sheby.
Lucu sekali mereka. Sebenarnya ada banyak wahana yang ingin kami masuki, tetapi
hanya tiga wahana yang kami masuki mengingat antriannya yang panjang. Wahan
yang pertama adalah Insect World kami harus mebayar lagi sebesar 2.000 won. Di
sana dipamerkan bermacam-macam serangga dan beberapa binatang lainnya seperti
burung, ikan, ular dan kelinci. Selesai dari Insect World anak –anak antri
untuk masuk ke Mirror House. Di sana juga harus membayar lagi sebesar 3.000 won.
Keluar dari Mirror House kami memutuskan untuk masuk ke Horror House, mirip
rumah hantu kalau di Indonesia. Kali ini kami semua masuk. Kami dibagi menjadi
dua kelompok untuk bergantian masuk. Puas rasanya menjerit ketakutan dan
tertawa di saat yang bersamaan.
Selesai
dari Lotte Word kami langsung diajak makan malam. Kali ini menunya luar biasa.
Kami boleh memilih menu maknan apaun yang disajikan. Berbagai makanan
internasionalpun tersaji di sana, seperti pizza, lasagna, bermacam-macam slad,
seafood, juga berbagai macam dessert tersaji. Daging sapi dengan berbagai macam
olahannya juga tersaji. Puas sekali malam itu kami makan dan minum.
Tiba
di hotel kuarng lebih pukul 18.00. Kamipun turun dari bis dan membawa
barang-barang kami ke dalam hotel. Cukup menyita tenaga, karena bis tidak bisa
parkir tepat di depan hotel. Kamipun secara bergantian membawa barang-barang
kami ke dalam hotel. Bis kembali ke Daesso dengan membawa 5 orang anak dan satu
guru Daori Ban. Sampai jumpa lagi kawan.
Hotel di Seoul
Setibanya
di hotel, kami langsung menuju kamar masing-masing. Kamipun mengajak anak-anak
untuk berkumpul dahulu membagikan barang-barang yang masih tercampur. Kami
tidak mau sesampai di Indonesia harus membongkar barang lagi. Masing-masing
barang menjadi tanggungjawab pemiliknya. Pukul 11.00 malam kami baru selesai
mengemas barang. Harus cepat tidur karena kami akan berangkat menuju bandara
pukul 05.00.
Pukul 04.30 kami mulai
meurunkan barang kami ke lobby. Tepat pukul 05.00 kami semua sudah berada di
dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Pak Bong menuju Bandara Incheon. Tiba di
Bandara Incheon pukul 07.00. Pak Bong membelikan kami sarapan terlebih dahulu.
Sebelum memulai proses chek in dan imigrasi kami berfoto bersama dan
mengucapkan terima kasih kepada Pak Bong yang telah menemani kami selama di
Korea. Selesai berfoto Pak Bong langsung berlari mengejar bis umum yang akan
membawanya kembali ke Desso. Selamat jalan Pak Bong “Ghamsa Hamida”.
Penerbangan Garuda GA
879 membawa kembali kami ke tanah air tepat pukul 10.35 waktu setempat dan tuba
pukul 15.15 WIB. Alhamdulillah kami tiba kembali di Bandung tepatnya di SDN
Karangpawulang pukul 21.00 malam.
Keramahtamahan,
ketulusan dan penghargaan yang demikian besar sangat kami rasakan menghapus
semua perbedaan antar dua budaya. Saling memahami dan merasakan kasih sayang
seperti halnya keluarga menjadi dasar perdamaian di dunia.
Satu hal yang kami catat bahwa
pendidikan adalah dasar dari majunya sebuah negara, maka perhatian akan
pendidikan menjadi hal yang penting dan benar-benar dikerjakan dengan serius.
Salah satu kekhawatiran mereka mengenai penurunan populasi yang tentunya
berimbas kepada masa depan negara mereka, dapat kita maknai bahwa negara kita
dengan bonus populasi generasi mudanya, seharusnya dapat lebih membawa negara
kita ke arah kemajuan yang sebenarnya.
Semoga kunjungan ke
SD Daeso ini menjadi pembuka jalan bagi kami untuk membawa siswa kami
melanglang dunia ke tempat lain, dan menjadi bekal bagi mereka untuk menjadi
bagian dunia yang aman dan damai.
Nantikan cerita kami lainnya
Mia Tresnawulan
Triska Fauziah
Cucu Kusmiati
Ahmad Sajidin